Topik percakapan kali ini adalah media sosial yang mereka gunakan. Sampai pada akhirnya muncul sebuah komentar semacam 'Lu nggak punya Instagram? Pakenya Facebook ya lu? Ah, cupu'. Yak, menurut si anak ini, tidak punya Instagram itu membuat seseorang menjadi cupu. Dan memang begitulah pendapat dari sebagian anak muda jaman sekarang, remaja terutama. Sudah beberapa kali opini semacam ini terdengar di telinga saya.
Hanya karena Instagram atau media sosial lainnya lebih banyak digunakan, apa lantas loyalis Facebook menjadi kudet atau cupu? Belum tentu. Bisa jadi, orang merasa cukup mempunyai satu akun karena tidak ingin menghabiskan banyak waktu dengan media sosial . Ada pula yang memang tidak suka fitur-fitur yang tersedia di media sosial tersebut. Atau bahkan ada sebagian yang merasa bahwa punya akun medsos tersebut tidaklah penting dan tidak bermanfaat.
Ini Tentang Pilihan
urbanmoms.ca |
Ada yang menganggap bahwa dangdut mewakili mereka yang berselera musik rendah, sementara jazz disebut sebagai high-class music. Padahal, ini soal selera, pilihan. Orang tidak perlu terpaksa menyukai sesuatu agar dibilang berselera tinggi, kan?
Masing-masing orang memiliki kecenderungan yang berbeda untuk suka pada sesuatu. Jangankan sesama teman, bahkan saudara kembar identik saja sangat mungkin memiliki pilihan yang berbeda. Tentunya, mereka memiliki alasan tersendiri ketika suka atau tidak suka pada suatu hal. Tidak ada kategori mutlak semacam tinggi-rendah untuk hal tersebut.
Jadi,
tidak usahlah kita berkomentar dengan pilihan seseorang atas sesuatu; jika itu memang bukan hal-hal yang sifatnya saklek seperti aturan agama. Biarlah mereka menikmati pilihan, seleranya sendiri. Lagipula, kenapa juga kita harus ribut memberi komentar? Merugikan kita juga tidak. Be wise before judging, please.