Kilas balik sedikit.
Dulu, waktu kuliah, menonton drama Asia sama sekali tidak akrab dengan keseharian. Jangankan itu, nonton film saja malas rasanya, karena lama dan bikin ngantuk. Time flies, tanpa diduga saya teracuni juga dengan drama Korea. Mulailah saya menonton beberapa drama Korea. Terus terang saya kurang suka dengan bahasa Korea.
Maka beralihlah saya ke drama Jepang, gara-gara adik ipar yang sangat tertarik dengan Jepang, and I think Japanese sounds better. Singkatnya, tertariklah saya untuk menonton drama berjudul Gokusen.
Gokusen 1 |
Tokoh utama dari sekuel drama ini adalah Yamaguchi Kumiko, keturunan Oedo family, keluarga yakuza, yang menolak meneruskan bisnis keluarga dan memilih menjadi guru seperti orangtuanya. Di sekolah, dia selalu ditugaskan menjadi homeroom teacher atau wali kelas 3-D. Kelas ini dikenal penuh dengan anak-anak 'istimewa'. Tampilan mereka tidak seperti murid pada umumnya: rambut panjang dan dicat, baju dikeluarkan, berantakan. Begitu pula dengan kelakuannya. Mereka banyak berkelahi, malas belajar, tidur di kelas, bermain bola di kelas, dan kelakuan 'minus' lainnya.
Di setiap season, ada lima murid yang menjadi tokoh utama (di season 3 ada 6). Mereka bergiliran ditimpa masalah, yang kemudian menjadi inspirasi jalannya cerita tiap episode.
Gokusen 2 |
Sampai akhirnya Yamaguchi masuk ke kelas mereka. Sosoknya sangat berbeda dengan guru lain. Yamaguchi menekankan prinsip 'Saya harus percaya kepada murid'. Dia juga tidak menilai anak muridnya hanya dengan melihat tampilannya. Yang lebih penting lagi, dia punya kepercayaan bahwa sejelek-jeleknya anak murid, mereka pasti memiliki sisi baik.
Hasilnya, anak-anak kelas 3-D sedikit demi sedikit mulai mendengarkan kata-kata dari wali kelasnya. Mereka memberikan nama panggilan Yankumi untuk Yamaguchi. Belakangan, di dua season berikutnya, Yamaguchi menganggap anak muridnya sudah mulai dekat ketika mereka memanggilnya Yankumi.
Gokusen 3 |
Kekurangan dari drama ini, menurut saya, adalah plot yang mirip-mirip di satu episode ke episode berikutnya, bahkan di dua season selanjutnya.
Ada adegan rutin yang hampir selalu ada di akhir setiap episode: Yankumi berlari menuju tempat murid-muridnya 'dihajar' preman-preman, membuka dua kuncir rambut, membuka kacamata, mengibaskan rambut, dan akhirnya bertarung menyelamatkan murid-muridnya. FYI, Yankumi punya skill beladiri yang luar biasa. Buktinya, dia selalu bisa mengalahkan para preman yang menyulitkan murid-muridnya, dengan tangan kosong.
Meskipun begitu, buat saya, drama ini worth watching. Selalu seru menonton Gokusen. Banyak adegan lucu dan mengharukan yang masih tetap membuat efek yang sama, bahkan setelah ditonton beberapa kali. Ditambah pemain-pemainnya yang good-looking, banyak pula pesan-pesan yang saya suka dari drama ini.
Apa pesannya? Next time on other notes of Gokusen, insya Allah.
No comments:
Post a Comment