Monday, 11 October 2021

Nggak Punya Foto Bapak

Kita melihat foto saat ingin mengingat, mengenang sesuatu; benda, peristiwa, orang yang kita kenal atau sekedar pernah ditemui. I guess that's what photos are for. 

Saat bapak nggak ada, akhir September 2019, barulah tersadar kalau foto terbaru bapak beberapa tahun terakhir nyaris ngga ada di folder. Hanya ada beberapa, bisa dihitung pakai jari. Itupun hasil kiriman orang lain, atau foto yang objek utamanya bukan bapak; beliau "nggak sengaja" masuk di frame. 

Iya, meskipun rutin pulang kampung, setidaknya 3 bulan sekali, ku tak pernah foto bareng bapak atau khusus memfoto beliau. Bukan cuma bapak, foto mamak (panggilan saya untuk ibu) pun sama, nyaris tak ada. Bukan tak sayang, hanya tak terbiasa mengambil foto anggota keluarga. Kalau pulang, cukup melihat dan ngobrol. I took it for granted, berpikir "Nanti beberapa bulan mendatang juga ketemu lagi." 

Dan saat wajah bapak udah ngga bisa ku lihat lagi, barulah terasa "kok aku nggak punya foto bapak tahun tahun terakhir sih??". Nyesel? Iya. Aku yang tak punya ingatan kuat tentang masa lalu pasti akan sering kesulitan membayangkan wajah bapak di tahun-tahun terakhirnya. Tapi, ketika dipikir lagi, mungkin akan lebih sedih kalau punya banyak foto bapak di masa sakitnya; karena beliau tidak lagi terlihat kuat dan berenergi seperti ketika masih cukup sehat. 

Maka berpuaslah diriku hanya dengan memandang foto bapak zaman dahulu yang berserakan di album foto. Saat beliau masih menjadi kepala desa, fotonya ada di hampir semua acara, dengan badan beliau yang masih berisi, tegap, dan kuat; dengan senyum lebarnya. Ketika membuka folder album lama di laptop atau Google Photos, lalu menemukan ada foto bapak biarpun tidak sepenuhnya terlihat, rasanya seperti menemukan harta karun. Apalagi saat ada video di sana. Ah, rasanya gembira sekaligus sedih, tentu saja. 

So now, ketika mudik ke Purworejo, ku berusaha untuk mengambil foto dan video orang-orang yang ku temui, nggak cuma duo keponakan yang unyu, tapi juga foto mamak, mas, mbak, saudara, dan teman yang ditemui; untuk kemudian dilihat-lihat lagi sekembalinya ke Jakarta. Memories are supposed to be captured, and cherished, right? 

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...