Setahun belakangan, diriku menemukan sejumlah postingan dan story di Instagram yang isinya mempromosikan joki tugas. I know I know, hal semacam ini sudah ada sejak dulu, bahkan mungkin sejak belasan tahun sebelumnya. Tapi, hey, yang ini ditunjukkan secara terang-terangan, lho! Bahkan dipromosikan. For me, that's insane.
Pertama, joki tugas sama halnya dengan menyontek, satu hal terlarang di dunia pendidikan. Kalau ditimbang, malah lebih menyedihkan. Menyontek dilakukan sendiri oleh orangnya, menyiapkan ini itu, membuat strategi (biar ngga ketauan), deg-degan dialami sendiri. Sedangkan joki tugas yaa literally ngga ngapa-ngapain kecuali ngeluarin uang untuk membayar mereka yang menjadi joki. Sungguh tidak keren.
Kedua, menjadi joki bukan sesuatu yang membanggakan, menurut saya. Mungkin memang secara kemampuan intelektual, para joki ini lebih unggul dibandingkan mereka yang dibantu. Tidak selalu sih, -karena bisa jadi yang memakai jasa joki ini hanya sekedar malas-. Tapi yang jelas, mereka punya kemampuan di bidang yang dikerjakannya. Meskipun begitu, tindakannya bukan hal yang bijak. Mengerjakan tugas seseorang sepenuhnya sama saja dengan membantunya menjadi sosok yang kurang bertanggungjawab. Untuk seorang mahasiswa, atau siswa (iyaa, siswa SMA juga ada ternyata yang memakai jasa joki), mengerjakan tugas atau ujian adalah bagian dari tanggungjawabnya sebagai pelajar. Melimpahkannya pada orang lain sama saja dengan tidak bertanggungjawwab, no?
Ketiga, joki ini seperti menggantikan teman yang sedang berlatih naik sepeda. Teman yang harusnya berlatih malah diam, sementara dia yang naik sepedanya. Kan, si teman batal jadi ahli naik sepeda. Perumpamaannya oke nggak sih? 😁 Jadiii, seharusnya tugas-tugas para pelajar ini akan membantu mereka menjadi ahli di bidangnya, karena mereka akan membaca, berpikir ketika mengerjakannya. Apa jadinya kalau orang lain yang menyelesaikannya? Bukankah keahlian yang seharusnya mereka miliki ketika lulus -yang diwakili dengan gelar atau ijazah- menjadi tidak maksimal? Saya pernah baca sebuah tulisan pendek di caption akun instagram, ada lulusan-lulusan perguruan tinggi yang kurang kompeten, tidak menguasai bidangnya. Alhasil, ketika mencari pekerjaan pun, mereka akan kesulitan. I think perjokian tugas ini menjadi salah satu penyebabnya. Maybe.
Jadi, sebenarnya fenomena ini justru merugikan mereka yang mempertaruhkan tugasnya di tangan joki. Dan untuk para joki, it's not something which you should tell the world about sih.
Akan lebih bagus kalau joki tugas ini beralih menjadi tentor. Menurut KBBI, tentor itu sama dengan guru, pembimbing, mentor. Alih-alih mengerjakan tugas sepenuhnya, mereka bisa "membantu" mengerjakan dengan cara mengajari. Ilmu terpakai, dibayar boleh juga. Itu baru keren.