Tanggal 29 Maret 2019 kemarin akhirnya saya naik kereta ekonomi premium Sawunggalih Pagi rute Pasar Senen-Kutoarjo. Saya bilang 'akhirnya' karena sebelumnya sudah beberapa kali maju-mundur (dan akhirnya mundur) untuk mudik dengan kereta ini.
Sudah beberapa bulan berlalu sejak pengumuman munculnya kereta ekonomi premium. Alasan saya tidak segera mencoba kereta ini adalah karena khawatir keretanya tidak senyaman kelas bisnis yang biasa saya pilih. Terlebih, pengaturan tempat duduk yang berbeda.
Jadi, here it is, pengalaman saya naik kereta ekonomi premium.
~~~
Saya pesan tiket di tiket.com H-1. Untungnya masih bisa pilih nomor tempat duduk. Sebelumnya, saya sudah baca-baca tips memilih nomor tempat duduk yang kursinya menghadap ke depan, searah laju kereta. Menurut beberapa artikel yang saya baca, untuk tempat duduk nomor kecil (1-10) itu menghadap ke belakang dan 11-17 menghadap ke depan, untuk keberangkatan dari Jakarta ke arah timur. Ini berlaku sebaliknya.
~~~
Saya pesan tiket di tiket.com H-1. Untungnya masih bisa pilih nomor tempat duduk. Sebelumnya, saya sudah baca-baca tips memilih nomor tempat duduk yang kursinya menghadap ke depan, searah laju kereta. Menurut beberapa artikel yang saya baca, untuk tempat duduk nomor kecil (1-10) itu menghadap ke belakang dan 11-17 menghadap ke depan, untuk keberangkatan dari Jakarta ke arah timur. Ini berlaku sebaliknya.
Meskipun sudah tau harus memilih kursi nomor berapa, saya kembali sedikit khawatir saat membaca artikel yang bilang aturan bisa berubah. Duh. Karena sudah terlanjur beli tiket, ya sudah, there goes nothing lah.
Saat kereta datang, saya agak kaget karena kereta dengan tulisan 'Premium' di dekat pintu masuknya itu terlihat seperti berlapis seng, berkilau 😂. Rangkaian gerbong premium ada di belakang gerbong eksekutif. Of course.
Saya pilih kursi nomor 13D. Saat masuk dan mencari tempat duduk, lega rasanya karena pilihan tidak salah. Alhamdulillah tidak harus tidur sepanjang perjalanan karena puyeng.
Tempat Duduk
Tempat duduknya lebih mirip dengan kereta eksekutif, yaitu dua kursi terpisah (tapi dempet) yang bisa direbahkan, dengan sandaran tangan yang bisa dinaik-turunkan. Bedanya, kursi tidak bisa diputar dan ruang untuk kaki lebih sempit, pun tidak ada injakan untuk kaki.
Tempat duduknya lebih mirip dengan kereta eksekutif, yaitu dua kursi terpisah (tapi dempet) yang bisa direbahkan, dengan sandaran tangan yang bisa dinaik-turunkan. Bedanya, kursi tidak bisa diputar dan ruang untuk kaki lebih sempit, pun tidak ada injakan untuk kaki.
Di depan kursi kita, lebih tepatnya tempat duduk orang di depan kita, terdapat kantong kursi (What should we call that?😁), seperti yg kita temui di kelas eksekutif atau pesawat kelas ekonomi. Jadi, kita bisa meletakkan barang kecil seperti tempat minum atau buku di kantong kursi tersebut. Lumayan membantu. Satu lagi, di kantong tersebut, kita bisa menemukan katalog menu makanan dan minuman yang bisa dipesan berikut harganya.
Oya, di bagian atas tempat duduk, di space antar jendela, ada cantolan, seperti yang ada di bagian bawah tempat nge-charge di samping tempat duduk. Bagus sih, tapi agak mengganggu pemandangan kalau banyak kresek atau tas bergelantungan di situ.
Pelayanan
Sama sih, seperti kelas bisnis atau ekonomi. Bantal dan selimut harus bayar lagi. Layanan makanan juga masih ada yang datang pergi seperti biasa. Begitu juga dengan petugas kebersihannya.
Sama sih, seperti kelas bisnis atau ekonomi. Bantal dan selimut harus bayar lagi. Layanan makanan juga masih ada yang datang pergi seperti biasa. Begitu juga dengan petugas kebersihannya.
Fasilitas Umum
Toilet yang ada di kelas ekonomi premium ini ada dua, toilet jongkok dan duduk. Tempatnya ada di sebelah kanan dan kiri di bordes. Desainnya seperti di toilet pesawat ekonomi, sempit, tapi sayangnya berbau tidak sedap. Bahkan belum masuk toilet pun baunya sudah tercium. Eh tapi ibu-ibu yang duduk di samping saya bilang toiletnya wangi. Hmmm... mungkin karena beliau masuk di waktu pagi dan saya siang siang iseng ke toilet. Bagian ini definitely perlu perbaikan, sih.
Toilet yang ada di kelas ekonomi premium ini ada dua, toilet jongkok dan duduk. Tempatnya ada di sebelah kanan dan kiri di bordes. Desainnya seperti di toilet pesawat ekonomi, sempit, tapi sayangnya berbau tidak sedap. Bahkan belum masuk toilet pun baunya sudah tercium. Eh tapi ibu-ibu yang duduk di samping saya bilang toiletnya wangi. Hmmm... mungkin karena beliau masuk di waktu pagi dan saya siang siang iseng ke toilet. Bagian ini definitely perlu perbaikan, sih.
Tempat untuk meletakkan tas tersedia di bagian atas sebagaimana biasanya. Tampilannya lebih seperti kereta eksekutif. Secara pribadi, saya lebih suka yang ada di kereta bisnis yang dibuat dari susunan besi jarang-jarang, sehingga kita bisa melihat tas milik kita hanya dengan mendongakkan kepala.
Siang hari, saya kepanasan. Entah hanya saya atau yang lain juga. Tapi ketika saya berjalan ke belakang, hawanya lebih adem. AC-nya (yang entah ada di mana) pilih kasih.
Goncangan
Saya pikir goncangan di kereta ekonomi lebih parah terasanya. Setelah perjalanan balik Jakarta saya naik kereta bisnis, ternyata terasanya sama.wkwkwk
Saya pikir goncangan di kereta ekonomi lebih parah terasanya. Setelah perjalanan balik Jakarta saya naik kereta bisnis, ternyata terasanya sama.wkwkwk
Waktu Kedatangan
Tidak seperti kereta ekonomi biasa yang lebih sering tidak tepat waktu karena mungkin mengalah dengan dua kelas kereta di atasnya, Sawunggalih Pagi tepat waktu.
Tidak seperti kereta ekonomi biasa yang lebih sering tidak tepat waktu karena mungkin mengalah dengan dua kelas kereta di atasnya, Sawunggalih Pagi tepat waktu.
Harga Tiket
Karena ekonomi premium ini dibuat untuk menggantikan kelas bisnis, harganya pun tidak berbeda. Perjalanan perdana saya kemarin menghabiskan 250ribu rupiah. Iyaa, mahal kaan.
~~
Seperti itulah pengalaman perdana naik kereta kelas ekonomi premium. Selain tempat duduk, rasanya tidak ada perbedaan yang signifikan. Dann...secara umum, saya lebih memilih kereta bisnis, yang kini sudah susah dicari 😶 #backtokelasbisnisaja
Karena ekonomi premium ini dibuat untuk menggantikan kelas bisnis, harganya pun tidak berbeda. Perjalanan perdana saya kemarin menghabiskan 250ribu rupiah. Iyaa, mahal kaan.
~~
Seperti itulah pengalaman perdana naik kereta kelas ekonomi premium. Selain tempat duduk, rasanya tidak ada perbedaan yang signifikan. Dann...secara umum, saya lebih memilih kereta bisnis, yang kini sudah susah dicari 😶 #backtokelasbisnisaja
No comments:
Post a Comment