Bagi orang tua, seburuk apapun anak (di mata orang), dia tetaplah orang yang spesial dan berharga.
Hari ini dan kemarin adalah jadwal pengambilan rapor semester genap, saatnya saya (sebagai wali kelas) bertemu dan berbincang dengan orang tua, wali murid. Hari seperti ini selalu saya nantikan karena selalu seru rasanya ngobrol dengan orang tua anak-anak; mengetahui sisi lain anak-anak yang biasanya hanya saya temui di sekolah atau di luar sekolah secara terbatas.
Setiap cerita yang disampaikan, selalu memberi saya -yang belum menjadi orangtua ini- pengalaman dan pelajaran. Saya selalu percaya kondisi keluarga akan berdampak pada tingkah laku, akhlak, bahkan kemampuan anak di sekolah; akademik maupun non-akademik. Tetapi, terkadang sebagai guru, beberapa ada yang quick to judge; hanya melihat bagaimana kondisi anak di sekolah; which is ga salah dikarenakan terbatasnya pengetahuan guru tentang murid.
Dua hari ini, saya membuktikan apa yang saya yakini bahwa kondisi keluarga akan mempengaruhi anak-anak. Beberapa murid yang (terlihat) memliki hubungan yang baik dengan anggota keluarganya cenderung percaya diri, tidak banyak mengalami kesulitan di sekolah, dan lebih ceria. Tetapi ternyata tidak semua seperti itu. Ada faktor lain yang tidak kalah penting, yaitu lingkungan dan teman-teman. Ada yang tidak terlalu dekat dengan keluarga tetapi punya teman-teman yang baik; itu berimbas baik untuk si anak; dan sebaliknya.
Dari semua yang amati, ada satu pelajaran yang paling mengena di hati: "Bagi orang tua, seburuk apapun anak (di mata orang), dia tetaplah orang yang spesial dan berharga". Pelajaran ini datangnya dari ibu seorang anak murid yang secara umum (dianggap) tidak terlalu bagus di bidang akademik, doyan tidur di kelas, dan punya sikap yang masih jauh dari sempurna. Rasanya ingin menangis waktu si ibu bilang: "Si XX ini semangat saya bu". Maasya Allah. Ibunya bercerita tentang bagaimana si anak ini paling rajin membantu di rumah, mengerjakan pekerjaan domestik seperti menyapu, mengepel, belajar mencuci, bahkan membuat ayahnya (yang sedang terbaring sakit) tertawa. Terharu.
Aduh, betapa sering kita menilai orang hanya dari yang tampak di mata kita. Padahal kalau mau berkenalan lebih lanjut, mungkin ada hal lain yang bisa kita lihat. Menjadi wali kelas bukan hal yang mudah, tetapi ada something extra yang menyenangkan: kesempatan untuk mengenali anak murid lebih jauh sekaligus belajar banyak hal dari mereka.
My Posts
- About Family&Friends (10)
- Belajar Bahasa (Inggris) (9)
- Book-Song-Film (7)
- FYI (8)
- My Thoughts-Ideas (70)
- Teacher's Life (20)
- Travelings&Events (9)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5.50 PM: Menikmati Waktu
Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...
-
Menyambung postingan sebelumnya tentang idiom, berikut dua puluh lima idiom yang sering dipakai di bahasa Inggris sehari-hari. Lumayan untuk...
-
Sejak menjadi guru, saya mulai tertarik dengan hal-hal 'berbau' guru; mulai dari buku, website, sampai film bertemakan guru dan atau...
-
Ini diaaa...akhirnya selesai juga tulisan saya untuk diperjuangkan di Lomba Tulis Nusantara Kemenparekraf. Tentu ide cerita bukan murni da...
No comments:
Post a Comment