Friday, 23 August 2013

Kalau Jodoh Tak Kemana

Selalu menarik ngomongin soal jodoh. Dari beberapa hal sisi kehidupan manusia, jodoh sudah ditetapkan Allah sebagai salah satu yang kepastiannya sudah ada sejak kita baru berusia empat bulan dalam kandungan. Dan kepastian itu baru akan kita ketahui bertahun-tahun kemudian, ketika kita menjalin ikatan pernikahan dengannya.

Jodoh itu misteri. Itu betul. Tak ada yang tahu hingga waktunya tiba. Jadi, tak perlu lah ngintip-ngintip siapa jodoh kita lewat orang-orang (yang ngakunya) pintar. Tak ada yang tau selain Sang Pencipta, tentu saja.
Tapi ngomong-ngomong soal jodoh, saya selalu tertarik pada kalimat-kalimat ampuh ini: “wanita baik untuk laki-laki yang baik, dan sebaliknya”, “kalau jodoh ngga bakal kemana”.

Pertama. Emang sih, jodoh ngga akan kemana. Kalau sudah jodoh, ya insyaAllah bakal ketemu. Mau tadinya jauh-jauhan, belom pernah kenal sama sekali, atau bahkan mungkin musuhan? Bisa jadi.
Menurut pengalaman pribadi juga begitu, hehe. Saya dulu juga ngga pernah kepikiran bakal nikah sama suami saya sekarang. Sekedar tau nama, belum pernah ketemu, kebayang pun engga; eeh..akhirnya dipertemukan juga. –sudah cukup curhatnya—
Nah, balik lagi ke jodoh dan its things.

Kedua. Bahwa wanita baik itu untuk laki-laki yang baik, begitu pula sebaliknya. Yakin banget kalau ini mah.. Di Al Quran juga sudah disebutkan dengan gamblang (cek QS. An Nuur: 26). Berarti jodoh kita itu se-level alias satu tingkatan sama kita ya? Misal kualitas diri kita medium, ya dapetnya yang medium, dst.

Tapi yang jadi pertanyaan saya, selevel itu menurut siapa? Saya pribadi sih meyakini kalau selevel ini ya menurut Allah. Sebagai manusia, kadang kan persepsi kita beda-beda. Yang menurut kita bagus, belum tentu bagus menurut-Nya; dan sebaliknya tentu.

Itulah kenapa kadang kita ngeliat pasangan yang ngga selevel (menurut kita) dan bertanya “kok bisa ya si X sama si Y? padahal kan si X kan bla bla bla, sedangkan si Y kan engga”. Nah lo!

Bisa jadi kriteria selevel itu tidak mesti sama persis. Perumpamaannya gini: Di kelas, si A dan B punya nilai akhir sama yaitu 90, padahal nilai UAS si A lebih bagus dari si B. Kenapa level akhirnya bisa sama? Usut punya usut, ternyata B lebih aktif di kelas daripada A, dia juga tidak pernah terlambat seperti B. Itu jadi nilai tambah tersendiri buat B.

Kalau di kasus jodoh-menjodoh (menjodoh—kosakata baru :D), A dan B bisa berjodoh padahal A penyabar dan B tidak sabaran karena mungkin masing-masing punya plus minusnya yang akhirnya membuat ‘kualitas’ keduanya sama.

Makanya, kalau ada yang pernah pacaran atau sedang pacaran dan nantinya putus (saya ngga doain lho), tidak usahlah risau. Bisa jadi, sekali lagi bisa jadi, dia memang bukan jodoh terbaik. Mungkin level kalian sudah tidak lagi sama. Mungkin dia sudah lebih tinggi tingkatnya, atau malah sebaliknya. Atau bisa jadi juga, “belum” jodohnya; yang artinya mungkin nanti bisa ketemu lagi saat sudah berada di level yang sama.

Kalau sudah begitu, tinggallah tugas kita untuk introspeksi diri kemudian terus memperbaiki diri. Kalau jodoh tak kemana. Kalau nggak jodoh, mau kemana juga nggak ketemu J

Above all, every God’s decision is the best one for us J


Ini kok jadi semacam nasehat patah hati ya? Tapi semoga bermanfaat. Cheers!

2 comments:

  1. wehehehe... akhirnya nulis lagii adekku :D

    JAM!!
    Jodoh Adalah Misteri

    dan mari sambut hadirnya kalimat.. "OOO... ini to maksudnya aku dipertemukan dengan beliau"
    karena selalu ada maksud di balik setiap hal, termasuk saat kita masing-masing dipertemukan dengan pasangan kita :)

    ReplyDelete
  2. :D
    isin soale, mase rajin nulis mosok adik'e males..hahaha

    that's true! maybe you're going to feel it too, someday ;)

    ReplyDelete

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...