Friday, 30 August 2013

Dilema Belanja di Toko Wholesale

Judulnya agak lebay ya? :) Tapi semoga isinya engga. This is just my thought, based on true story. Enjoy!

Wholesale price alias harga grosir sering menarik minat para pecinta shopping lantaran lebih murah dibanding harga eceran. Di Indonesia, banyak sekali pilihan tempat untuk berbelanja barang-barang yang sama seperti kelontong; mulai dari warung tradisional deket rumah, toko kecil, alfa**** atau indo***** yang jumlahnya udah ngga ketulungan banyaknya, hyper****, care****, sampai toko grosiran semacam lotte**** yang tokonya luas dan barangnya buanyaaak. maaf bukan promosi.

Kalau disuruh milih, kira-kira mending belanja di toko yang model penjualannya eceran atau grosir, ya?

Masing-masing dari kita pasti punya pilihan sendiri. Dari pengalaman beberapa waktu kemarin dan juga sebelumnya, saya merasa bahwa belanja di toko grosir tidak selamanya ‘hemat’. Memang sih, harganya lebih murah dibanding toko eceran. Mungkin karena mereka belinya dalam skala besar, jadi (mungkin) dapet harga lebih murah dari pabriknya.

Tapi nih ya, terutama buat yang suka tergiur barang-barang berlabel ‘lebih murah dari toko sebelah’ seperti saya, ada baiknya hati-hati. Bisa jadi kita pulang dari toko grosiran membawa barang-barang yang ngga ada di daftar belanja, karena jurus aji mumpung murah sukses dipraktekkan. Alhasil, uang yang keluar pun bukannya lebih sedikit, tapi membengkak.

Setelah mendapat barang yang diburu, langsung mlipir kemana-mana..“Wah, beli sabun ini lebih murah di sini lho. Sekalian aja yuk?.“Kan masih ada di rumah."
“hehe.. tapi gapapa kali buat cadangan. Mumpung murah”.

Nah! Di situ kalimat ampuhnya: “gapapa buat cadangan” “mumpung murah”, etc. Dan sesi belanja pun berakhir dengan pengeluaran yang lebih besar dari yang sudah dianggarkan dan jumlah barang yang lebih banyak di tas.
picture taken from www.balibali.jp

Grosir atau eceran? Semua ada baiknya
Well, sebenarnya tha’s really okay. Selama budget masih ada dan yang dibeli adalah barang bermanfaat. Dari situ, saya pikir belanja di wholesale bakalan lebih tepat kalau:
  •             Kita memang perlu beli barang dalam jumlah besar atau memang ingin membeli cadangan untuk beberapa waktu ke depan. Beberapa barang di toko grosir mengharuskan kita membeli lebih dari satu barang, meskipun ada juga yang boleh ngambil satuan.
  •          Ada cadangan uang (untuk belanja) entah di ATM atau di dompet; karena kemungkinan untuk belanja di luar daftar hampir selalu ada
Di luar itu, mending beli di toko yang skalanya lebih kecil dari toko grosir. Memang mungkin harganya lebih mahal sedikit, tapi keterbatasan stok barang di sana paling tidak akan membantu kita ‘mengendalikan diri’ dan membeli apa yang memang diperlukan untuk waktu itu saja.

Banyak pilihan tidak selalu memudahkan
Dalam kasus wholesale ini, saya jadi keinget satu hal tentang banyaknya pilihan yang ada di hadapan kita; when the choice is in our hands. Terkadang, kita punya banyak pilihan, kadang juga sedikit. Dan kadang, kita mengeluhkan salah satu atau keduanya.

The thing is, banyak pilihan itu terkadang memang memudahkan kita untuk membandingkan. Tapi di kasus tertentu, mungkin malah jadi membingungkan. Jadi, yang paling baik untuk menghadapi kedua situasi tersebut adalah dengan bijak memilih. Caranya? Analisis positif negatif dari masing-masing pilihan. That’ll be all.  

No comments:

Post a Comment

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...