Saturday, 25 March 2017

Ada Apa dengan PR?

Seorang teman saya pernah bilang, setengah bertanya, 'kenapa sih ya, guru mesti ngasih pe-er. Kayanya nggak rela banget anak muridnya libur tanpa inget pelajaran'. Saya nyengir mendengarnya. Di situasi lain, saya sering mendapati "Yaaaahhh..." sebagai reaksi sebagian murid di kelas ketika saya menyebut kata 'Pe-eR' alias pekerjaan rumah. Reaksi yang sudah pasti mengekspresikan keberatan. PR, se-horor itukah dirimu?

Jadi, kenapa sih harus ada PR?
Begini. Waktu belajar di sekolah itu 'hanya' sekitar 5-7an jam. Agar siswa bisa memperluas bahasan pelajaran, maka diberikan lah PR. Selain itu, PR bisa membantu siswa untuk mengingat materi yang sudah diajarkan di sekolah.  Terakhir, PR juga menjadi salah satu bahan penilaian yang diperlukan oleh para guru.

Memberatkan?
Jadi, kalau PR itu sejatinya membawa manfaat, apa yang membuatnya seakan menjadi beban bagi para murid? Kemungkinannya terkait dengan jumlah PR yang harus mereka selesaikan. Masa sekarang ini, sebagaimana kita ketahui, murid sekolah sudah sangat sibuk. Terkadang mereka malah lebih sibuk dibanding orang bekerja: berangkat pagi sebelum jam tujuh, pulang sekolah jam2 atau 3, ikut kegiatan ekskul, les (beberapa murid bahkan mengikuti lebih dari satu les sehari), plus mengerjakan PR saat sudah di rumah. Tak heran jika kemudian PR menjadi beban untuk mereka ini. Oh, tentu saja ADA murid yang menyukai PR 

Lalu, bagaimana?
menurut saya, tidak ada salahnya untuk memberikan PR kepada murid. Akan tetapi, pastikan  PR nya tidak terlalu banyak. Selain itu, guru mungkin juga bisa memberikan PR yang bisa membuat murid menikmati proses pengerjaannya, PR yang murid dengan senang hati mengerjakannya. Tidak gampang, tapi bisa dicoba.

Thursday, 16 March 2017

3 Jawaban (yang terkadang) Menyebalkan Saat Kita Sungguhan Bertanya

"Eh, nilai Try Out bahasa Inggris lu berapa?"
"Kepo, lu!"

Pernah mengalami atau menjadi saksi dari dialog semacam di atas? Saya pernah, dan reaksi pertama saya adalah nyengir untuk dua alasan: merasa geli dengan ekspresi yang ngomong, sekaligus agak miris (maybe? Not sure though). Mirisnya adalah karena dari ekspresinya, saya menebak si penanya sungguh-sungguh bertanya, bukan basa-basi. Saya membayangkan kalau saja ada di posisi orang yang bertanya, mungkin saya akan  gondok setengah mati.

Di masa sekarang ini, setidaknya ada tiga jawaban yang terkadang terasa menyebalkan, tentunya waktu kita benar-benar menginginkan jawaban dari orang yang kita tanya.

"Googling aja!"
Gara-gara ada Google, si search engine yang serba tahu, sebuah diskusi bisa batal terjadi. Penyebabnya adalah jawaban kilat berbunyi 'Googling aja!". Pertanyaan dibalas dengan perintah. Agak gimanaa gitu. Sebenarnya, jawaban tersebut sah-sah saja diucapkan; karena kita tidak mungkin mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan. Namun, kita harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Jangan sampai menggunakannya hanya karena kita malas menjawab si penanya; padahal sebenarnya kita tau jawabannya. 

"Mau tau banget apa mau tau aja?"
Ish. Ini jawaban yang di situasi tertentu membuat saya menyesal telah bertanya. Seringnya, jawaban ini nadanya bercanda. Maka, ada baiknya pikir-pikir dulu sebelum mengucapkannya; kira-kira si penanya sedang bisa diajak bercanda atau nggak. 

"Kepooo!"
Kepo alias pengen tau sudah menjadi kosakata sehari-hari anak-anak masa kini, terutama remaja; yaah meskipun masih ada pula orang dewasa yang memilih menggunakannya. Merespons pertanyaan dengan kata ini pun lazim didengar. Lazim sih lazim, tapi sungguh menyebalkan dan nggak penting menyebutkannya. Kenapa? Dengan bertanya, si penanya memang sedang kepo. Pengen tau, makanya nanya. Jadi, nggak perlu disebut lagi. Eh, tapi kata 'kepo' ini bisa mencairkan suasana juga lho, asal konteksnya tepat; juga ngomongnya ke orang yang tepat pula.

Intinyaa...apapun jawaban yang kita berikan atas pertanyaan orang lain, pastikan kita mempertimbangkannya terlebih dahulu. Memakai salah satu dari tiga jawaban (yang terkadang) menyebalkan di atas tidaklah salah, boleh. Tapi yaa itu, lihat dulu situasi dan kondisinya. Pokoknya usahakan tidak membuat lawan bicara jengkel 😅 

Saturday, 11 March 2017

Welcoming The Next Wicaksono

My brother and his first son!
Welcome to the world, Muhammad Azka Aulia Wicaksono!

This cute baby boy is my very first nephew from my own brother, my only dear sibling. Finally! I was so happy when my brother told me that his lovely wife has given birth; though it felt a bit weird knowing that my brother is now a father. I was extremely full of joy, that I couldn't hold my tears, which then streamed down my face. I was overwhelmed.

Mas Bayu, mbak Ilma, I'm happy for you. Surely both of you will be super parents for your kid(s), insyaAllah.

My nephew, all best wishes are already sent for you. I just cannot wait to see you. Really can't wait. 😍😍😍


Sunday, 5 March 2017

What You Might Love from Being A Teacher

Being a teacher is mostly fun. Why mostly? Because it is not, sometimes. There are abundant loads of work to do. Those will take a lot of your energy, not only at school but also when you're at home. It doesn't count the duty of creating lesson plans  and the demands of making learning fun in the classroom; nor the inevitable school rules and obligations. Despite those not-fun-things, there are always the ones that might make you love your being a teacher.

#1 You'll automatically upgrade yourself
When you're a teacher, you must be ready for any question or request from your students. Believe me, there is going to be tons of them. Even if you don't know about it at all, you must give an answer. At least you'll promise your students to find the answer and tell them later.

This way, you automatically upgrade your knowledge. If you have known about it before but you forgot, then the question or request will refresh your memory.

Another possible case is when you cannot use the same method to teach certain subject or topic to different students. Of course you need to go search and try new methods; meaning  you learn new things and get yourself upgraded. It's good, isn't it?

#2 Periodically meet new people
As year changes, your students will change, too. There will be new faces to deal with; surely with various characteristics you might not have taken care at previous time. Although meeting new students will probably bring butterflies in your stomach, sometimes, but it is always fun as well as challenging to get to know and get along with them.

#3 Experience hilarious moments
Students are so creative that sometimes they do something  silly that makes the whole class laugh, including the teacher. If you teach kids, there will be even more laughter to share, due to their innocent nature of behavior.

Being able to laugh together with your students will not only be fun, but it can also mark you as one of their favorite teachers.

#4 Getting love from the students
I know that getting something from students is supposed to be the last thing teachers should expect from their students. However, students love and pay attention to their teacher. To show it, they might give you a surprise, such as cake on your birthday, flowers and touching  greeting  card in Teacher's Day, or even just simple thing like snack or beverages; things because of which you feel appreciated.

#5 Seeing the students change to be better
There won't be better feeling than seeing your students become better each and everyday, especially when you have done everything you can to help them. This kind of feeling is more like satisfaction than pride. Being a witness for their success is also another joyous feeling that you might feel, even when they are no longer your students.

These things are only some things you might love from being a teacher. It is possible that you will find a lot more when  you already enjoy your time of being someone that is called t.e.a.c.h.e.r.

Setidaknya Bukan Kita

Setidaknya bukan kita,
kalaupun ada orang yang mencaci-maki lalu kita merasa sakit hati

Setidaknya bukan kita,
jika ada orang yang melanggar janji lalu kita merasa dikhianati

Setidaknya bukan kita,
saat ada orang mematahkan harapan yang sudah dia sampaikan hingga kita merasa dibohongi

Setidaknya bukan kita,
ketika seseorang mengambil hak kita kemudian kita merasa dizolimi

Setidaknya bukan kita,
saat fitnah seseorang melukai hati kita

Setidaknya bukan kita,
saat ada pengendara mobil melintas sembrono di kubangan air hingga baju kita kuyup dan kotor karenanya

Setidaknya bukan kita,
saat perokok menghembuskan asap rokoknya lalu kita terpaksa menghirupnya

Setidaknya bukan kita,
saat sebuah motor menyalip dari sebelah kiri tanpa menghiraukan bahayanya karena hampir menyerempet kita

Setidaknya bukan kita,
saat orang lain yang membuat kesalahan tetapi justru kita yang mendapatkan imbasnya

Setidaknya bukan kita, yang melakukannya.
---
Seberapa pun dahsyat efek kesalahan seseorang terhadap kita, entah itu sengaja atau tidak, bersyukurlah karena bukan kita yang melakukannya. Pun kita bisa belajar dari kesalahan mereka, mengetahui akibatnya, untuk kemudian kita tidak melakukannya.

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...