Seorang teman saya pernah bilang, setengah bertanya, 'kenapa sih ya, guru mesti ngasih pe-er. Kayanya nggak rela banget anak muridnya libur tanpa inget pelajaran'. Saya nyengir mendengarnya. Di situasi lain, saya sering mendapati "Yaaaahhh..." sebagai reaksi sebagian murid di kelas ketika saya menyebut kata 'Pe-eR' alias pekerjaan rumah. Reaksi yang sudah pasti mengekspresikan keberatan. PR, se-horor itukah dirimu?
Jadi, kenapa sih harus ada PR?
Begini. Waktu belajar di sekolah itu 'hanya' sekitar 5-7an jam. Agar siswa bisa memperluas bahasan pelajaran, maka diberikan lah PR. Selain itu, PR bisa membantu siswa untuk mengingat materi yang sudah diajarkan di sekolah. Terakhir, PR juga menjadi salah satu bahan penilaian yang diperlukan oleh para guru.
Begini. Waktu belajar di sekolah itu 'hanya' sekitar 5-7an jam. Agar siswa bisa memperluas bahasan pelajaran, maka diberikan lah PR. Selain itu, PR bisa membantu siswa untuk mengingat materi yang sudah diajarkan di sekolah. Terakhir, PR juga menjadi salah satu bahan penilaian yang diperlukan oleh para guru.
Memberatkan?
Jadi, kalau PR itu sejatinya membawa manfaat, apa yang membuatnya seakan menjadi beban bagi para murid? Kemungkinannya terkait dengan jumlah PR yang harus mereka selesaikan. Masa sekarang ini, sebagaimana kita ketahui, murid sekolah sudah sangat sibuk. Terkadang mereka malah lebih sibuk dibanding orang bekerja: berangkat pagi sebelum jam tujuh, pulang sekolah jam2 atau 3, ikut kegiatan ekskul, les (beberapa murid bahkan mengikuti lebih dari satu les sehari), plus mengerjakan PR saat sudah di rumah. Tak heran jika kemudian PR menjadi beban untuk mereka ini. Oh, tentu saja ADA murid yang menyukai PR
Jadi, kalau PR itu sejatinya membawa manfaat, apa yang membuatnya seakan menjadi beban bagi para murid? Kemungkinannya terkait dengan jumlah PR yang harus mereka selesaikan. Masa sekarang ini, sebagaimana kita ketahui, murid sekolah sudah sangat sibuk. Terkadang mereka malah lebih sibuk dibanding orang bekerja: berangkat pagi sebelum jam tujuh, pulang sekolah jam2 atau 3, ikut kegiatan ekskul, les (beberapa murid bahkan mengikuti lebih dari satu les sehari), plus mengerjakan PR saat sudah di rumah. Tak heran jika kemudian PR menjadi beban untuk mereka ini. Oh, tentu saja ADA murid yang menyukai PR
Lalu, bagaimana?
menurut saya, tidak ada salahnya untuk memberikan PR kepada murid. Akan tetapi, pastikan PR nya tidak terlalu banyak. Selain itu, guru mungkin juga bisa memberikan PR yang bisa membuat murid menikmati proses pengerjaannya, PR yang murid dengan senang hati mengerjakannya. Tidak gampang, tapi bisa dicoba.
menurut saya, tidak ada salahnya untuk memberikan PR kepada murid. Akan tetapi, pastikan PR nya tidak terlalu banyak. Selain itu, guru mungkin juga bisa memberikan PR yang bisa membuat murid menikmati proses pengerjaannya, PR yang murid dengan senang hati mengerjakannya. Tidak gampang, tapi bisa dicoba.
No comments:
Post a Comment