Tuesday, 13 October 2020

Sisi Religius Lagu "Sandaran Hati" (Letto)

Dua hari yang lalu, tiba-tiba teringat sama Letto dan lagunya yang berirama slow. Langsung search di YouTube dan suara mas Sabrang pun menemani daku koreksi tugas siswa siswi yang sempat terbengkalai. Lalu tibalah di satu lagu yang menarik hati sekaligus membawa ke ingatan masa lalu: Sandaran Hati.

Duluuu, waktu masih remaja, mendengar lagu ini rasanya meleleh, lebih karena maknanya dihubungkan dengan dunia percintaan remaja. Tapi sejumlah tahun berselang, seiring dengan pertambahan usia dan pengalaman, perubahan logika; urusan cinta-cintaan sudah tidak lagi relevan. Dan pemaknaan terhadap lagu Sandaran Hati ini pun turut berubah. Ternyata setelah mencermati lirik dan mendengarkannya beberapa kali, lagu ini lebih terasa sisi religiusnya. Let's check the lyric:

Yakinkah kuberdiri
Diamlah tanpa tepi
Bolehkah aku
Mendengarmu
Terkubur dalam emosi
Tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku
Merindukanmu
Terpurukku di sini
Teraniaya sepi
Dan ku tahu pasti
Kau menemani
Dalam hidupku, Kesendirianku
Teringat ku teringat
Pada janjimu kuterikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Peduli kupeduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati
Inikah yang kau mau
Benarkah ini jalanmu
Hanyalah engkau yang kutuju
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah
Tanpa hadirmu
Dalam gelapnya
Malam hariku
Teringat ku teringat
Pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap kuberdiri
Kulakukan sepenuh hati
Peduli kupeduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandaran hati
Dari lirik lagu di atas, bagian yang paling bikin "baper" menurut daku adalah "hanyalah engkau yang ku tuju", "aku hilang arah tanpa hadirmu", dan "sedihku ini tak ada arti jika kaulah sandaran hati". Kalau dimaknai dalam konteks hubungan romantis antar lawan jenis, remaja sekarang bakal bilang "uwuu banget". Tapi, hey, ada konteks yang lebih luas, yang lebih menggetarkan; yaitu hubungan antara manusia dengan penciptanya.

Memang iya, kan, Tuhan itu harusnya menjadi satu-satunya tujuan manusia hidup di dunia. Apapun hal baik yang dilakukan manusia harusnya ditujukan hanya kepada penciptanya. Juga Tuhan lah, pemberi petunjuk paling hebat dan sandaran hati paling kuat. Dia akan memberikan petunjuk kapanpun kita minta. Ketika kita berharap hanya pada-Nya, pun Dia tidak akan goyah atau keberatan dengan apapun yang kita sandarkan. 

Sekeren itu lagumu, ternyata, mas Sabrang "Noe". Four thumbs up.
 


No comments:

Post a Comment

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...