Sejak pindah ke Jakarta, saya berusaha untuk pulang kampung ke Purworejo setiap tiga bulan sekali. Biarpun tidak lama di rumah, setidaknya sudah bisa ketemu Bapak (almarhum) dan Mamak (that's how I call my mom); alias "setor muka" kalau bahasa saya. Tahun 2020, satu kali sudah saya mudik, di awal tahun. Karena pandemi muncul, rencana mudik selanjutnya di bulan Maret pun kandas. Kebiasaan mudik 3-bulan sekali praktis harus ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.
Sampai akhirnya, September datang. Cerita mudik dari sejumlah teman dan tetangga membuat saya ingin mencoba. Apalagi cerita itu dibumbui dengan "Jalanan lancar banget", "Nggak ada pemeriksaan kok", "Di kampung mah kayak nggak ada Corona"; semakin membara lah keinginan untuk pulang kampung. Rencana awal pulang di akhir bulan, sekalian ikut acara mendhak Bapak. Tapi karena tiba-tiba ada "libur" dadakan di agenda sekolah, saya putuskan untuk berangkat di hari Rabu, 8 September.
Jalanan Super Lancar
Rupanya bener, jalanan amat sangat lancar sekali. Sepanjang Jakarta-Purworejo, kami sama sekali tidak ketemu dengan macet kecuali antrian lampu merah. Bahkan suami yang biasanya pasti berhenti untuk tidur di sela perjalanan pun, kali ini kuat melek sampe tujuan. Ngantuk-ngantuk sih pasti ada😅. Total perjalanan? Kurang dari 12 jam, lewat jalur tengah dengan rute seperti biasa. Sebelas jam sekian menit. Amazing. Ini rekor perjalanan mudik naik mobil yang tercepat.
Jadi mikir, mudik tuh harusnya ya seperti itu: menikmati perjalanan tanpa macet. Bepergian tidak di saat yang bersamaan dengan orang lain. Coba kalau mudik lebaran bisa selengang mudik kemarin~ ~ ~ (You wish!)
Jadi mikir lagi, harusnya kita tuh nggak usah ya bermacet-macet mudik saat Idul Fitri. Pulang kampungnya tunggu yang lain udah pada balik aja.😁😁😁
Gimana rasanya mudik waktu pandemi?
Okay, kembali lagi ya ke topik. Selain jalanan yang lancar, mudik saat pandemi juga punya cerita lain yang membekas di ingatan. Ya, karena memang situasinya nggak normal, jadi kebiasaan baru pun muncul. Agak deg-degan, tapi seru.
1. Menghindari rest area
Selama perjalanan, kami berhenti empat kali tanpa berlama-lama; untuk isi angin ban, bensin, makan, dan sholat. Satu hal yang biasa dilakukan tapi kali ini dihindari adalah berhenti lalu keluar dari mobil di rest area. That's right. Rest area yang biasanya menarik hati karena bisa jajan di sana; kali ini tidak kami jadikan opsi untuk istirahat (sholat, makan, jajan); demi menghindari bertemu dengan banyak orang.
Jadi, kami memilih berhenti di tempat makan yang relatif sepi; itupun sudah masuk di area Kebumen; selepas ashar. Sedangkan untuk sholat, kami berhenti di Muhammadiyah Islamic Center di daerah Sruweng, Kebumen. Guess what? Masjidnya dikunci dong. Alhamdulillah tetep bisa sholat di teras masjid, dengan alat sholat sendiri. Bagusnya, di tempat ini disediakan sabun cuci tangan untuk pengunjungnya. Di samping masjid, ada juga minimarket, TokoMu namanya. Lumayan untuk sekedar beli es krim.
2. Menggunakan masker dan hand-sanitizer
Standar ini mah ya. Masker hanya dilepas kalau sedang makan dan di dalam mobil. Serunya, di area Jawa Tengah, rupanya masker tidak se-populer di Jakarta; kami banyak melihat warga yang tidak menggunakan masker. Hmmm.
Hand sanitizer yang masih full karena jaraaang dipakai di Jakarta, terpakai hampir setengahnya. Keluar mobil, pakai. Mau makan, pakai. Masuk mobil, pakai lagi. Begitu aja sepanjang perjalanan.
3. Bebersih setelah sampai di tujuan
Biasanya, sesampainya di rumah Purworejo, kami menghindari mandi karena alasan sudah malam 😅. Tapi mengingat kondisi pandemi, demi menjaga kesehatan kami dan juga Mamak, kami pun dengan sukarela bebersih, mandi; bahkan sebelum salaman. It felt good, tho. Ternyata mandi setelah perjalanan jauh itu menyegarkan; membuat tidur lebih nyenyak. hihi
Oya, desa saya masih menerapkan protokol kesehatan di era pandemi, meskipun saya perhatikan warganya tidak menggunakan masker saat melakukan aktivitas sehari-hari. Malam ketika sampai di rumah, ada dua orang pejabat setempat yang datang ke rumah. Mencatat identitas saya dan suami. Mungkin karena kami datang dari Jakarta; yang terhitung zona merah Covid-19. Selain itu, mobil pun disemprot dengan disinfektan. Alhamdulillah.
--------
Post Mudik
Kami terpaksa pulang ke Jakarta lebih awal dari rencana karena tiba-tiba ada pengumuman PSBB akan kembali diberlakukan. Perjalanan pulang ke Jakarta sama menyenangkannya; lancar tanpa tersendat sedikitpun.
Tapi ada satu hal yang sedikit mengganjal di pikiran; yaitu tentang kondisi kesehatan kami dan Mamak, sebagai pihak yang kami kunjungi. Jadilah saya memantau kondisi Mamak sampai dua pekan setelah sampai di Jakarta. Alhamdulillah, semua sehat-sehat. Tenang deh, rasanya.
Yah, begitulah cerita mudik di masa pandemi kali ini; menyenangkan sekaligus mendebarkan. Menyenangkan karena jalanan lancar dan mendebarkan karena harus stay safe tidak hanya untuk diri sendiri tetapi memastikan orang lain juga aman. Anyway, saya bersyukur akhirnya bisa "setor muka" dan melepas rindu setelah hampir sembilan bulan absen. Setelah ini, Jakarta mau PSBB tiga bulan juga gapapa deh.😁
Corona, go away soon, please.
No comments:
Post a Comment