Angkot adalah kendaraan umum yang
masih banyak peminatnya, di tengah gempuran transportasi online yang ngehits
belakangan ini. Mungkin karena ketersediaan armadanya yang banyak serta
ongkosnya yang cukup murag itulah orang masih menunggu angkot sebagai alat
transportasi.
Karena statusnya sebagai
"angkutan rakyat", kita bisa menemukan berbagai jenis orang dari
berbagai kalangan di dalam angkot. Dari pengalaman pribadi, saya pernah
merasakan berbagai emosi ketika naik angkot; dari senang, iba, cemas, kesal, marah,
sampai terharu. Dari semua perasaan yang ada, dua hal adalah yang paling tidak
mengenakkan: kesal dan marah.
Supaya nyaman dan membuat penumpang
lain juga nyaman, berdasar pengalaman, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan saat naik angkot:
Satu, jangan merokok di dalam angkot.
Asap dari rokok akan sangat menggaggu penumpang yg tidak merokok. Dzolim lah
pokoknya kalau sampe merokok di dalam angkot. Kalau sebelum naik sudah pegang
rokok nyala, segera buang atau paling tidak matikan segera sebelum naik.
Dua, ketika naik atau turun, kalau
bawa tas model backpack, pindahkanlah ke bagian depan, bukan tetap digendong di
belakang. Tas ransel, apalagi kalau besar ukurannya, bisa nyampluk penumpang
lain. Nggak enak pastinya.
Tiga, perhatikan langkah baik saat
masuk atau keluar angkot. Jangan sampai menginjak kaki, atau tersangkut di
orang.
Empat, relakan untuk bergeser.
Kebanyakan orang lebih suka duduk di dekat pintu angkot supaya lebih mudah
ketika ingin turun. Sayangnya, ada orang yang nggak mau geser ke dalam meskipun
kondisinya susah masuk karena posisi dekat pintu sudah penuh. Alangkah bijak
kalau mau mengalah untuk pindah supaya penupang yg baru naik tidak kesulitan
menerobos kerumunan. Nah, poin ini sih reminder untuk saya pribadi :)
Lima, bayarlah sesuai tarif atau malah lebih; jangan kurang. Saya beberapa kali menemukan sopir angkot yang ngedumel karena penumpangnya tidak membayar sesuai tarif tapi langsung ngeloyor pergi. Membuat orang kesal itu juga dosa kan, ya?
Enam, kalau membawa barang berukuran besar, misalnya kardus, keranjang, dsb.; tempatkan barang tersebut ke dalam angkot di bagian ujung, supaya tidak menghalangi jalan penumpang yang ingin naik atau turun.
Tujuh, duduklah dengan posisi lurus, bukan serong. Yang sering begini biasanya adalah kaum perempuan. Dengan duduk serong, kita akan memakan space yang lebih banyak dibanding duduk lurus. Kalau angkotnya sedang sepi sih nggak masalah. Itu pengecualian.
Etika di atas memang nggak tertulis; jadi, kembali pada kesadaran diri. Yang jelas, dengan mempraktekkan etika tersebut, kita bisa mengurangi potensi membuat dosa dan menambah kemungkinan membuat orang lain senang yang artinya berpotensi menambah pahala. Begitu kah?