Saturday, 14 May 2016

Taman Wisata Hutan Bakau, Jakarta

Jakarta dikenal sebagai kota metropolitan yang miskin dengan wisata alam. Itu pendapat saya sih. Sebabnya? Hanya karena sulitnya menemukan pantai yang memungkinkan untuk bermain air dan pasir. Itu saja, hehe. Jakarta lebih dikenal dengan bangunan-bangunan mall-nya. Di akhir pekan atau hari libur pendek, banyak warga Jakarta yang memilih pergi ke mall karena jaraknya yang terjangkau. Sebagai informasi tambahan, jumlah mall di Jakarta sudah mencapai angka 170, dan kemungkinan masih akan bertambah.

Naah, awal bulan April kemarin, akhirnya saya mengunjungi sebuah alternatif tempat wisata alam di Jakarta, yaitu Taman Wisata Hutan Bakau, yang terletak di Pantai Indah Kapuk. Dari daerah Rawa Buaya, kami memilih untuk masuk tol ke arah Pantai Indah Kapuk (PIK). Hanya sekitar 15-20 menit, sampailah kami di kawasan wisata hutan bakau. Letaknya persis di sebelah bangunan besar dengan arsitektur Cina, sebuah sekolah milik yayasa Budha, Tzu Chi (semoga bener tulisannya).

Tiket masuk untuk masing-masing orang cukup lumayan, Rp 25.000, plus Rp 10.000 untuk parkir mobil. Untuk pengendara motor, biaya parkir cukup Rp 5.000 saja. Berikut hal-hal menarik yang saya temui ketika mengunjungi Taman Wisata Hutan Bakau di Pantai Indah Kapuk.

Kantong Plastik
Setelah membayar uang masuk dan menerima karcis, petugas akan memberi kita sebuah kantong plastik. Fungsinya adalah sebagai tempat sampah, supaya pengunjung tidak sembarangan membuang sampah. Keren nih, kata saya. Tapi sayangnya, masih banyak sampah yang berserakan di area dalam hutan, terutama di tempat-tempat yang tersembunyi. Membuang sampah sembarangan tampaknya sudah menjadi budaya jelek masyarakat kita (kitaa??) :(

No Camera, please...
Di hutan bakau ini, pengunjung tidak diperbolehkan membawa kamera digital, DSLR, dan sejenisnya. Kalau ketahuan membawa, bersiap-siaplah untuk membayar Rp 1 juta. Lumayan menguras kantong. Untungnya, handphone berkamera masih diperbolehkan. Jadi, tetap bisa selfie atau wefie di sana.

Spot-Spot Menarik
Di kawasan hutan bakau ini, ada banyak spot menarik untuk berfoto ria. Ada banyak jembatan kayu baik yang menggantung di atas, maupun di area perairan sehingga kita bisa lebih dekat dengan tumbuhan bakau. Saking dekatnya, kadang kita perlu menyibak dedaunan bakau supaya bisa jalan. Beberapa jembatan sudah rapuh, sehingga pengunjung harus benar-benar memperhatikan kemana kaki melangkah.

Suami dan kantong kresek pemberian petugas. 

Jembatan menuju area penanaman bakau

Ada pula menara pengamatan burung yang cukup membuat kaki gemeteran ketika naik. Bagi yang suka melihat view dari ketinggian, menara ini recommended. Karena tempat di atas tidak luas, disarankan untuk tidak berlama-lama menikmati pemandangan di sana. Waktu saya sampai di puncak menara, selang lima menit kemudian, ada dua orang yang menyusul, jadi terpaksa saya dan suami pun turun.


Menara besi bercat hijau
Gerumbul bakau dilihat dari atas

Tempat Penginapan 
Kalau ingin menikmati hutan bakau lebih lama, pilihan menginap mungkin bisa diambil. Ada penginapan unik berbentuk segitiga, atau yang berbentuk rumah panggung.

Foto penginapan diambil dari atas menara



Wisata Air
Tidak hanya bisa berjalan-jalan dan berfoto ria, taman hutan bakau ini juga menawarkan wisata air. Sayang, saya tidak sempat mencoba berperahu karena waktu yang sudah sore. Tapi saya sempat melongok harga sewa perahu, boat, dan kano yang ada. Angkanya berada di kisaran ratusan ribu. Paling mahal, kalau tidak salah, 400 ribu rupiah.

Sayangnya, .....
Seperti yang saya bilang sebelumnya, masih ada sampah-sampah yang berserakan maupun nyempil di tempat yang tidak terjangkau. Padahal, selain kantong kresek yang sudah disiapkan oleh petugas, di kawasan hutan juga tersedia tempat sampah, lho.

Satu lagi adalah banyaknya pasangan yang bercengkerama di sini. Dari gayanya sih tampaknya masih berpacaran. Mereka ini bertebaran di berbagai tempat, baik yang terbuka maupun yang sedikit tersembunyi. Duh, mengganggu pemandangan.

---
Menurut informasi yang saya dengar, puncak kunjungan terjadi di siang hari. Kebetulan kemarin saya berkunjung ke Taman Wisata Hutan Bakau ini saat matahari sudah mulai tergelincir ke barat; tiba di sana sekitar pukul 16.30. Karena pukul 18.00 tempat ini kabarnya tutup, maka saya dan suami pun bergegas menyusuri sisi-sisi kawasan yang luas ini. Terbatasnya waktu membuat kami tidak berlama-lama di satu spot, supaya bisa melihat bagian lain; meski akhirnya tetap tidak semuanya terjangkau.

Ada untung ruginya memang, kalau memilih jam-jam sore seperti ini. Keuntungannya, kawasan wisata ini sudah tidak begitu ramai pengunjung. Ditambah dengan pemandangan langit sore yang luar biasa keren. Ruginya, ya itu, kita tidak punya banyak waktu untuk menjelajah setiap bagian hutan, karena langit akan segera menggelap dan tidak banyak yang bisa dinikmati.

Well, demikianlah sedikit cerita tentang plesir saya dan suami ke Taman Wisata Hutan Bakau di Pantai Indah Kapuk. Nuansa alamnya sungguh bisa jadi alternatif tempat rekreasi di Jakarta. Semoga bermanfaat, dan semoga nanti bisa cerita baru di kunjungan lain untuk memperbaharui informasi.

Langit sore ini jadi semacam 'blessing in disguise'
Sudah tidak bisa melihat indahnya gerumbul bakau karena gelap,
tapi dapat hadiah pemandangan langit yang mempesona

No comments:

Post a Comment

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...