Sunday, 13 November 2016

411: Memetik Hikmah

Sudah seminggu berlalu, tetapi demo tanggal 4 November lalu masih menyisakan diskusi panjang, semangat yang (masih terus) menyala, seiring dengan ocehan dari mereka yang memiliki pendapat berbeda. Sebagai seorang muslim, sikap saya jelas: mendukung aksi damai muslim Indonesia dan mendukung proses penyelidikan bapak gubernur Jakarta yang ucapannya sudah menyinggung hati rakyat muslim Indonesia.

Tetapi tulisan kali ini tidak akan membahas tentang apakah benar itu penistaan agama, atau tentang bapak presiden yang tidak mau menemui rakyatnya ketika demo.

Baru tadi siang, akhirnya sempat menonton video saat Aa Gym berbicara di acara ILC TvOne. Satu hal yang beliau ingin tekankan adalah: jangan sampai kita hanya membicarakan dan atau berdebat tentang masalah (penistaan agama) terus; karena ada yang lebih penting (selain mencari solusi terbaik dan teradil), yaitu mengambil hikmah daripadanya.

Dari peristiwa 'menggemparkan' berujung aksi 411 ini, ada 2 hikmah yang bisa dipetik, setidaknya untuk diri saya sendiri:

Bijak dalam berbicara
Berbicara, apalagi di depan umum, memerlukan kehati-hatian. Jika tidak, jangan-jangan kita nanti merugikan orang lain; entah itu menyinggung perasaan, membuat marah, menyakiti hati, dan sebagainya. Ada yang bilang mulutmu harimau-mu; yang berarti apa yang kita ucapkan bsa berakibat tidak baik bahkan untuk diri kita sendiri. Memang bener, sih. Dibuktikan oleh bapak gubernur Jakarta. Kalimatnya yang hanya seutas, tapi karena melampaui batas, berdampak masif.

Oleh karena itu, biasakan untuk pikir-pikir dahulu sebelum bicara. Jika ingin bicara, pilihlah kata-kata yang baik. Jikalau tidak ketemu kata yang baik, maka lebih baik redam dulu keinginan untuk berbicara-nya. Mencegah (ngomong salah) lebih baik daripada mengobati (sakit hati orang yang mendengar omongan), bukan?

Tetap berkepala dingin
Dengan kondisi yang 'memanas' kemarin, semua orang harus pandai-pandai 'mendinginkan' kepala agar tidak tersulut untuk mengeluarkan pernyataan yang tidak baik atau tindakan yang merugikan. Ya, ini berlaku untuk semua orang; baik yang sependapat maupun yang berbeda pendapat. Kalau termasuk yang sependapat, maka tidak perlulah menghujat dengan kata-kata kasar. Kalau tidak sependapat, maka tidak perlu pula nyinyir mengomentari.

Well, kembali lagi ke konsep bahwa selalu ada hikmah di balik peristiwa. Apapun hikmahnya, semoga kita termasuk orang yang naik derajatnya karena bisa mengambil hikmah dan kemudian menjadikannya bahan untuk memperbaiki diri.

6 comments:

  1. Mbak wennn mantep ih, selalu bijak kyak mb wennn...

    ReplyDelete
  2. Andaikan semua pihak bisa menangkap hikmahnya.. Indah sekali perbedaan ini.
    Semoga kita semua mendapatkan hidayahNya.
    Cintai surat cintaNya dengan semakin sering membaca, memaknai dan mengamalkannya.

    ReplyDelete
  3. Semoga semua pihak dapat mengambil hikmahnya. Miris juga membaca komen di medsos. Serem, saling hujat, padahal kita saudara senegara. Perbedaan akan terasa Indah bila saling menghargai, saling menjaga perasaan dan saling menjaga lisan untuk Indonesia damai dan bermartabat.

    ReplyDelete
  4. Iya mbak, bener. Yang lebih miris lagi adalah sesama muslim yang berkomentar pedas atas tindakan saudara seimannya.
    Salam kenal :)

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...