Monday, 28 November 2016

Cerita Anak Murid: 3 Bulan= 3 Minggu

Tiga bulan sama dengan tiga minggu? Kalau dinalar secara umum, jelas nggak wajar. Tetapi kalau dilihat dari sudut pandang lain, persamaan itu menjadi mungkin benar. Ini berlaku dalam hal mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah, atau dosen di kampus. Dan, ya, sejak dari dahulu pun ini sudah umum terjadi. 😅😄

Setiap guru atau dosen biasanya sudah mempertimbangkan segala hal sebelum akhirnya memberikan tenggat waktu pengerjaan tugas. Misalnya, jika tugas dipandang tidak memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan, maka durasi pun dibuat pendek; dan begitu pula sebaliknya.

Akan tetapi, tidak semua murid atau mahasiswa (sekalipun) memahami ini, dan melaksanakan tugas sesuai harapan guru atau dosen. Dalam kenyataannya, kalau mereka diberi waktu seminggu, banyak yang baru mulai mengerjakan satu atau dua hari sebelum deadline.

How come?
Kok bisa ya para anak murid yang cerdas ini memunculkan persamaan 3bulan=3 minggu, 7hari=2hari? Ada beberapa kemungkinan jawaban:

Satu, mereka sibuk dengan tugas-tugas dan kegiatan di luar jam sekolah/kampus. Sebagaimana kita tahu, anak sekolah zaman sekarang kadang terlihat lebih sibuk dari orang yang sudah bekerja. Mereka belajar dari pagi hingga sore, ikut les di sana- sini, masih harus mengerjakan seabreg tugas sekolah. Belum lagi kalau mereka tergolong aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dikenal cukup menyita waktu.

Meskipun menggunakan alasan 'sibuk' sebagai alasan untuk molor atau malah tidak mengerjakan tugas bukanlah hal yang cerdas, tetapi setidaknya para penddik bisa berempati sedikit dengan suka-duka anak sekolah zaman kini.😋

Dua, para murid ini memang tidak butuh waktu banyak untuk mengerjakan tugas tertentu, sehingga mereka bisa menyelesaikannya lebih cepat dari teman yang lain. Akan tetapi, ada berapa banyak jenis murid yang seperti ini? Silakan dijawab sendiri.

Tiga, ini su'udzon saya aja sih, mereka tergolong tipe 'penunda' yang punya kalimat sakti 'entar aja ah'.Kalau sudah termasuk tipe ini, mereka akan punya sejuta alasan untuk tidak mengerjakan tugas segera atau malah tidak mengerjakannya sama sekali.

Empat, tidak adanya kerjasama antar anggota tim. Ini khusus berlaku untuk tugas kelompok yang seharusnya dikerjakan bersama oleh seluruh anggota. Jika ada satu dua orang 'penyelamat', tugas tetap akan beres karena mereka inilah yang akan merelakan diri mengerjakan tugas. Tapi jelas bukan, itu bukan hal yang bagus?

Terlebih jika tipe tugasnya memerlukan semua anggota kelompok untuk berpartisipasi, misalnya tugas drama. Tidak lengkapnya personil tim sudah pasti akan mengganggu kelancaran persiapan.

Kesimpulannya, ada sejumlah kemungkinan yang membuat murid atau mahasiswa mengerjakan tugas mepet deadline; yang bisa menyebabkan hasilnya tidak memuaskan. Untuk para pendidik, mungkin perlu untuk memahami kondisi mereka. Ini tidak berarti selalu menolerir lho ya, tetapi lebih pada bagaimana mengatur supaya tugas dikerjakan tepat waktu dengan hasil sesuai yang diharapkan.

Untuk para pelajar, tentu ini menjadi waktu-waktu krusial untuk melatih diri supaya bisa mengatur waktu dengan baik. Di antara sekian banyak murid, pasti ada yang mengerjakan tugas 'di awal waktu', dan mereka inilah yang seharusnya menjadi panutan. Mengatur waktu dan menentukan skala prioritas adalah keterampilan yang membutuhkan waktu untuk menguasainya. The sooner (you start to learn), the better.

No comments:

Post a Comment

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...