Sunday, 27 November 2016

Resensi: Tentang Kamu

Baru saja menyelesaikan novel terbaru Tere Liye berjudul 'Tentang Kamu'. Di awal, sebelum buku ini diterbitkan, seperti biasa Tere Liye woro-woro di fanpagenya; tentu saja di Facebook, satu-satunya akun media sosial saya yang paling layak disebut aktif. Ketika melihat judulnya, saya mbatin, novel ini akan berisi kisah romance, mungkin semacam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Setelah membacanya? Ternyata saya salah. Fiuh.

Tema besar dari novel ini, menurut saya, adalah tentang bagaimana kita menguatkan diri untuk menrima semua kesedihan yang menimpa kita, menjadikannya kekuatan untuk melangkah di fase selanjutnya. Tere Liye memakai istilah yang menjadi favorit saya: 'memeluk semua kesedihan'.

Setebal 524 halaman, Tentang Kamu menceritakan perjalanan Zaman Zulkarnaen, seorang junior associate (jabatan di bawah senior lawyer di sebuah firma hukum) di Thompson&Co., London; dalam menelusuri kehidupan seorang Sri Ningsih. Sri yang baru saja meninggal rupanya telah menitipkan amanat kepada Thompson&Co. untuk mengurus warisannya yang bernilai 19 triliun rupiah. Selain hasil kerjanya yang dinilai memuaskan, kenyataan bahwa Zaman dan Sri berasal dari negara yang sama, Indonesia, membuat pimpinan firma menyerahkan kasus ini pada Zaman.

Yang menjadi masalah dalam urusan warisan ini adalah tidak adanya informasi utuh tentang siapa yang menjadi ahli waris Sri Ningsih, untuk harta sebanyak itu. Maka dengan bermodalkan sebuah diary tua, Zaman memulai penelusuran hidup Sri mulai tanah kelahirannya di Sumbawa. Setelah itu, kisah Sri berlanjut ke kota Surakarta, Jakarta, London, dan terakhir di Paris. Di setiap kota tersebut, Zaman menemukan sejumlah kisah memilukan yang dialami Sri; mulai dari kehilangan ibu dan ayahnya, diperlakukan dengan tidak baik oleh ibu tirinya, dibenci oleh sahabat sendiri, hingga kehilangan anak-anak dan suaminya. Namun, di balik semua kesedihan itu, Sri Ningsih rupanya adalah sosok wanita tangguh yang selalu membuat orang-orang di sekitarnya terpesona dengan perilaku, kepribadian, dan kebaikannya.

Mengaduk Emosi
Di awal, cerita terasa sedikit membosankan karena baru menceritakan latar belakang dari Zaman. Namun, cerita novel ini segera menarik perhatian ketika Zaman memulai penelusurannya atas Sri Ningsih. Kisah sedih-senang satu demi satu diceritakan. Terselip pula kisah cinta asik antara Sri dengan lelaki Turki yang kemudian menjadi suaminya. Pokoknya, emosi pembaca dibawa naik turun sampai akhir cerita. Mengesankan.

Benang merah dari semua kisah Sri Ningsih juga baru terungkap di bagian akhir cerita. Waktu membaca perpindahan kehidupan Sri dari satu kota ke kota lain, ada satu pertanyaan yang belum terbayang jawabannya: kenapa Sri selalu melakukannya dengan tiba-tiba, tanpa disebutkan alasannya. Dan itu terjawab tuntas di bagian akhir cerita. Tere Liye berhasil 'menyembunyikan' benang merah cerita dengan baik sampai akhirnya 'hantu' masa lalu Sri dimunculkan kembali, demi menjawab teka-teki kpergian Sri yang selalu mendadak.

Seperti biasa, gaya bahasa Tere Liye di novel ini masih terasa, dengan pemilihan kata yang oke punya. Selain itu, bahasanya pun ringan, sehingga enak dibaca. Setelah membiarkan novel ini terbengkalai sekitar dua pekan (baru dibaca beberapa halaman lalu ditinggal karena sedikit kebosanan), akhirnya hanya butuh satu hari untuk melalap habis cerita, karena dorongan rasa penasaran akan ending-nya. Kalau ada satu hal yang ingin diprotes, itu hanyalah sampul bukunya yang bergambar sepatu. 😛

Pelajaran yang bisa dipetik dari novel Tentang Kamu ini? Ada beberapa, bagi saya:
* Jangan menganggap remeh orang hanya dari penampilan sekilas
* Teruslah belajar berbagai hal di luar bidang yang ditekuni; kalaupun tidak bermanfaat sekarang, siapa tahu akan berguna di masa depan
* Cobalah sesuatu (yang baru) meskipun itu terlihat mustahil; jikalau gagal, coba lagi. Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil
* Berbuat baik lah kepada setiap orang; kita tidak tahu kapan kita membutuhkan siapa
* Bersedih karena sesuatu yang menyakitkan itu boleh, tapi tidak perlu berlarut-larut
* Kesedihan tidak perlu ditunjukkan kepada banyak orang

Kesimpulannya, novel ini sangat worth-reading alias layak dibaca.

No comments:

Post a Comment

5.50 PM: Menikmati Waktu

Di kala senja menjelang azan magrib, Beberapa orang sudah menikmati waktu di rumah, Beberapa masih berjuang mengendarai motor atau mobil...