Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah buku bergambar (semacam komik) berjudul
55 Mutiara Akhlak. Sesuai dengan judulnya, buku ini berisi berbagai nasehat untuk membangun akhlak yang mulia yang disampaikan lewat ilustrasi menarik. Dari sekian nasehat, ada lima dari Ali bin Abi Thalib yang sangat mengena di hati:
#1 Kekayaan sebenarnya adalah akal, kemiskinan yang sebenarnya adalah rusaknya akal.
Nasehat ini digambarkan dengan cerita suami-istri yang berboncengan naik motor. Si istri membeli pisang dari pedagang yang menjual dagangannya dengan gerobak, tanpa menawar harga yang disebutkan. Ketika ditanya 'Kok nggak nawar sih?'', si istri bilang: kalau di supermarket aja, dengan harga berapapun, kita tidak nawar, kenapa harus pelit kepada pedagang kecil? Ilustrasi kedua, ada seorang ibu bermobil yang menawar pisang (di pedagang yang sama) dengan harga yang tidak masuk akal.
#2 Jika engkau berjumpa dengan orang yang lebih muda berpikirlah pasti dosanya lebih sedikit darimu. Jika berjumpa dengan orang yang lebih tua, berpikirlah pasti amalnya lebih banyak darimu. Sesungguhnya setuap orang pasti memiliki kelebihan.
Digambarkan dengan jungkat-jungkit yang diisi orang tua dan anak muda di masing-masing sisinya, nasehat ini jelas sekali mengarahkan agar kita tidak sombong dengan apa yang ada pada diri kita dan meremehkan orang lain. Selain itu, Ali bin Abi Thalib juga menyampaikan bahwa setiap orang itu memiliki kelebihannya; entah dia lebih muda atau tua daripada kita. Dengan mengetahuinya, kita akan lebih mudah menghargai orang lain, sekaligus menyemangati diri untuk terus berbenah.
Yuk, cobain!
#3 Simpanlah perbendaharaan lidahmu seperti engkau menyimpan perbendaharaan emas dan uangmu.
Ngobrol adalah salah satu kegiatan paling mengasyikkan bagi beberapa orang. Bagi yang 'hobi' dan 'ahli' bicara, apa saja bisa dijadikan bahan pembicaraan. Ali bin Abi Thalib memperingatkan untuk berhati-hati dengan itu. Kenapa? Karena ada kalanya kata-kata yang keluar dari mulut bisa menyinggung orang lain, membuatnya marah, hingga berujung permusuhan. Kemudian, ada juga tutur kata yang terlalu berlebihan sehingga orang kehilangan rasa hormat kepada yang mengucapkannya; maka hilanglah kehormatannya. Ini sejalan dengan ungkapan mulutmu harimau-mu; kata-kata bisa membinasakan pemiliknya. Ngeri. Maka diam (menyimpan lisan dari kata-kata yang tidak perlu) ada saatnya menjadi pilihan terbaik.
#4 Orang yang terlalu memikirkan akibat dari suatu keputusan atau tindakan, sampai kapan pun dia tidak akan menjadi orang yang berani.
Sebelum melakukan sesuatu, lumrah untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di depan. Akan tetapi, jika terlalu banyak lama mempertimbangkan ini itu, terkadang orang malah jadi batal melakukannya, tidak melakukan apa-apa.
Ini adalah kutipan yang paliing berkesan di hati. Buat saya yang kadang lamaa dala memutuskan sesuatu, membacanya menumbuhkan keberanian untuk membuat keputusan. Tapi by the way, saya juga pernah dengar bahwa membuat keputusan dengan berani itu membutuhkan latihan, lho.
#5 Jangan engkau menghadirkan keresahan esok hari pada hari ini. Yang demikian itu hanyalah akan menambah beban diri.
Yang ini masih agak berhubungan dengan nasehat di nomor empat. Diberi judul Kalah Sebelum Bertanding, nasehat ini digambarkan dengan cerita seorang yang hendak ujian di esok hari, tapi sehari sebelumnya dia sudah membayangkan akibat kalau dia tidak lulus ujian. Akibatnya? Dia justru menghabiskan waktu untuk fokus di perasaan takut; takut gagal ujian, takut orang tua marah, dan sebagainya. Padahal, seharusnya dia fokus belajar untuk menghadapi ujian. Rugi, kan?
---------
This is it! Ini dia bukunya!
Penyampai pesannya adalah VBI_Djenggotten, yang memiliki karya serupa berjudul 33 Pesan Nabi (3 seri). Cover dan isinya menarik. Meskipun nasehat di dalamnya berbobot, tapi penyampainnya lewat gambar komik yang jenaka membuat buku ini menjadi santapan ringan yang mudah dipahami. Dan yang paling penting, pesannya sampai ke pembaca.
Setebal 118 halaman, buku ini berisi 55 nasehat untuk membangun akhlak mulia. Temanya beragam, dari yang urusannya dengan diri sendiri hingga hubungan dengan orang lain. Selain dari Ali bin Abi Thalib, buku ini juga menampilkan nasehat dari Nabi Isa, Luqman Al Hakim, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Abu Darda, Abdullah bin Mas'ud, dan banyak lainnya. Kesemuanya disampaikan dengan cara sederhana yang mudah dimengerti.
Buku ini bagus dibaca oleh para remaja dan maupun dewasa bahkan orangtua; karena membenahi akhlak adalah pekerjaan bagi semua kalangan usia. Ehm.